Sabtu, 03 April 2010

Rabu, 31 Maret 2010

FLU BURUNG


A. Pengertian
Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (Low Pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal (Highly Pathogenic

B. Penyebab
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubahubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdir dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI 2
terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
C. Gejala
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a. Gejala pada unggas.
 Jengger berwarna biru
Borok dikaki
Kematian mendadak
b. Gejala pada manusia.
Demam (suhu badan diatas 38o C)
Batuk dan nyeri tenggorokan
Radang saluran pernapasan atas
Pneumonia
Infeksi mata
Nyeri otot
D. Masa Inkubasi
a. Pada Unggas : 1 minggu
b. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
E. Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI 3 mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia dan menular melalui makanan.
F. Pencegahan
a) Pada Unggas:
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
b) Pada Manusia :
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
f. Imunisasi.
2. Masyarakat umum
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
• Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
• Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
G. Pengobatan
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
1) Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2) Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4) Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.


H. Tindakan Departemen Kesehatan
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, Departemen Kesehatan mengambil beberapa tindakan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan Investigasi pada pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di beberapa daerah KLB flu burung pada ayam di Indonesia (untuk mengetahui infeksi flu burung pada manusia).
b. Melakukan monitoring secara ketat terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan orang yang diduga terkena flu burung. hingga terlewati dua kali masa inkubasi yaitu 14 hari.
c. Menyiapkan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menyiapkan ruangan observasi terhadap pasien yang dicurigai mengidap Avian Influenza.
d. Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu provinsi Jabar, DKI Jakarta dan Banten serta membentuk POSKO di Ditjen PP & PL dengan nomor telepon/fax: (021) 425 7125.
e. menginstruksikan kepada Gubernur pemerintah propinsi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing-masing.
f. Meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan membangun jejaring kerja dengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat tetap waspada dan tidak panic.
g. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan departemen pertanian dan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan flu burung.
h. mengumpulkan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari Depkes, Deptan dan WHO.

SENYAWA KARBON DAN IKATAN KIMIA

1.1. Pengantar
Di awal perkembangan ilmu kimia organik, senyawa-senyawa yang ditemukan pada organisme dikelompokkan sebagai senyawa karbon karena sebagian besar disusun oleh unsur karbon. Namun setelah diketahui adanya unsur selain karbon, orang cenderung menyebutnya senyawa organik, yaitu senyawa yang berasal dari organisme hidup. Seiring dengan perkembangannya, sebutan kimia organik pun dirasakan kurang tepat karena senyawa organik dapat juga disintesis dari senyawa anorganik, seperti yang dilakukan oleh Frederick Wohler. Wohler menunjukkan bahwa urea yang lazim ditemukan pada urin manusia dan hewan dapat disintesis dari senyawa anorganik yaitu ammonium sianat. Meskipun demikian, sebutan senyawa organik untuk senyawa-senyawa yang berhubungan dengan sistem kehidupan mahluk hidup tetap digunakan sampai sekarang.
Seiring dengan pesatnya penemuan dan pemanfaatan senyawa organik dalam kehidupan manusia, senyawa organik dijadikan salah satu cabang didalam ilmu kimia. Senyawa-senyawa organik banyak ditemukan dilingkungan di sekitar kita, seperti bahan bakar minyak yang berasal dari minyak bumi, karbohidrat dalam produk tumbuhan, protein dan lemak dari hewan, karet ban dari getah karet, serta bahan-bahan hasil sintesis dalam industri seperti obat-obatan, plastik, pestisida, dan sebagainya.
1.2. Teori Oktet dan Ikatan Kimia
Setiap atom atau unsur memiliki kecendrungan untuk saling berikatan baik sesama unsur tersebut ataupun dengan unsur yang lain untuk mencapai kestabilan. Unsur periode dua dan sebagian periode tiga yang memiliki orbital s dan p pada kulit terluar akan berusaha untuk memenuhi teori oktet, yaitu memiliki delapan elektron di kulit terluar seperti lazimnya terjadi dalam gas mulia. Jumlah ikatan yang mampu dibentuk oleh suatu unsur ditentukan oleh jumlah elektron terluarnya. Misalnya, unsur karbon yang memiliki 4 elektron terluar, harus membentuk empat ikatan untuk memenuhi teori oktet. 1
Ikatan tersebut dapat terjadi dengan sesama atom karbon atau dengan atom lain seperti H, N, O, S, maupun halogen.
6C : 1s2 2s2 2p2 elektron valensi = 4 membentuk empat ikatan
7N : 1s2 2s2 2p3 elektron valensi = 5 membentuk tiga ikatan
8O : 1s2 2s2 2p4 elektron valensi = 6 membentuk dua ikatan
Saat berikatan, orbital masing-masing atom bergabung membentuk orbital baru, yaitu orbital molekul. Ikatan yang dibentuk suatu unsur dapat berupa ikatan ion maupun ikatan kovalen, tergantung pada seberapa besar perbedaan harga keelektronegatipan dari unsur-unsur yang berikatan tersebut. Bila perbedaan kelektronegatifannya kecil, seperti yang umumnya terjadi dalam senyawa organik, maka unsur-unsur tersebut membentuk ikatan kovalen. YXZorbital sorbital p
Ikatan kovalen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ikatan kovalen murni dan ikatan kovalen koordinasi. Pada ikatan kovalen murni, pasangan elektron ikatan berasal dari kedua atom yang berikatan, sedangkan pada ikatan kovalen koordinasi berasal dari salah satu atom yang berikatan. Berdasarkan cara tumpang tindih orbital masing-masing atom yang berikatan, ikatan kovalen dibedakan menjadi dua yaitu, ikatan sigma (σ) dan ikatan phi (π). Ikatan sigma (σ) terjadi akibat tumpang tindih orbital atom-atom sepanjang poros ikatan, sedangkan ikatan phi (π) terjadi akibat tumpang tindih orbital atom-atom yang tidak tidak berada dalam poros ikatan. Adanya perbedaan cara tumpang tindih orbital dalam pembentukan ikatan tersebut menyebabkan perbedaan kekuatan ikatan. Ikatan sigma lebih kuat atau memiliki tingkat energi lebih rendah dibandingkan ikatan phi. Sebelum kita menggambarkan proses tumpang tindih orbital-orbital tersebut, ada baiknya kita pelajari dulu hibridisasi atom karbon.

TUGAS KULIAH

TUGAS KULIAH
Di Indonesia Virus Influensa tipe A subtipe H5N1 tersebut diatas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober 2003 s/d Februari 2005, akibatnya 14,7 juta ayam mati. Masa inkubasi (saat penularan sampai timbulnya penyakit) avian influensa adalah 3 hari untuk unggas. Sedangkan untuk flok dapat mencapai 14-21 hari. Hal itu tergantung pada jumlah virus, cara penularan, spesies yang terinfeksi dan kemampuan peternak untuk mendeteksi gejala klinis (berdasarkan pengamatan klinik.
Data terakhir menunjukkan bahwa sebanyak 139 kabupaten/kota di 22 Propinsi telah tertular (dan menjadi daerah endemis) Avian Influenza, yaitu Jabar, Banten, DKI Jakarta, Bali, NTB, NTT, Lampung, Sumsel, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumbar, Jambi, Sumut, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulsel dan Sultra. Penyakit ini menimbulkan kematian yang sangat tinggi (hampir 90%) pada beberapa perternakan dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar bagi peternak. Kemungkinan penularan kepada manusia dapat terjadi apabila virus avian influenza bermutasi.

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas di konfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang Banten, Hal ini didasarkan padahasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes
Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong.. Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat mewaspadai adanya penyakit flu burung, namun tidak perlu sampai timbul kepanika.

OTONOMI KHUSUS DI PAPUA

Masyarakat Provinsi Papua menyatakan belum merasakan hasil dari otonomi khusus yang diberlakukan sejak 2001 karena sebagian besar masyarakat masih hidup di bawah garis kemiskinan dan semakin termarginalkan."Kondisi masyarakat kami masih termarginalkan baik dari segi politik, ekonomi, sosial budaya dan demografi," kata perwakilan masyarakat sipil Papu.Dikatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, sekitar 81 persen masyarakat Papua hidup di bawah garis kemiskinan sejak diberlakukannya Otsus pada 2001.Dari segi demografi, terjadi displacement akibat transmigrasi dan migrasi. Saat ini terdapat 1,8 juta jiwa penduduk Papua berdasarkan data BPS 2008, sebesar 43,9 persen warga pendatang."Jumlah warga non Papua pada 2011 diperkirakan meningkat menjadi 53 persen. Akibatnya warga asli Papua yang semula mayoritas menjadi minoritas dan termarginalkan," tambahnya.Akibat menjadi minoritas, dari segi politik melemahkan suara dalam pemilu dan pilkada sehingga semakin sedikit pimpinan yang dipilih dari masyarakat asli yang paham budaya setempat.Sementara di sektor ekonomi, katanya, perangkatnya dikuasai pendatang dan di lain pihak sumberdaya manusia Papua tidak ditingkatkan sehingga posisi strategis diisi orang non Papua. Sementara di bidang sosial budaya, eksepresi budaya maysrakat setempat yang masih melekat dengan simbol-simbol seperti bintang kejora dianggap sebagai tindakan separatisme."Masyarakat Papua biasanya mengayam bentuk bintang di tas buatan tangan dan hal ini biasa, tapi dianggap sebagai lambang separatisme. Akibatnya mereka tidak bisa menjual hasil karyanya dan dari segi ekonomi semakin terpuruk," katanya.Meskipun saat ini banyak gedung baru maupun jalan yang dibangun di Papua, namun hal itu hanya menunjukkan keberhasilan otsus dalam bidang infrastruktur dan bukan pada peningkatan SDM masyarakat Papua.