Rabu, 31 Maret 2010

OTONOMI KHUSUS DI PAPUA

Masyarakat Provinsi Papua menyatakan belum merasakan hasil dari otonomi khusus yang diberlakukan sejak 2001 karena sebagian besar masyarakat masih hidup di bawah garis kemiskinan dan semakin termarginalkan."Kondisi masyarakat kami masih termarginalkan baik dari segi politik, ekonomi, sosial budaya dan demografi," kata perwakilan masyarakat sipil Papu.Dikatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, sekitar 81 persen masyarakat Papua hidup di bawah garis kemiskinan sejak diberlakukannya Otsus pada 2001.Dari segi demografi, terjadi displacement akibat transmigrasi dan migrasi. Saat ini terdapat 1,8 juta jiwa penduduk Papua berdasarkan data BPS 2008, sebesar 43,9 persen warga pendatang."Jumlah warga non Papua pada 2011 diperkirakan meningkat menjadi 53 persen. Akibatnya warga asli Papua yang semula mayoritas menjadi minoritas dan termarginalkan," tambahnya.Akibat menjadi minoritas, dari segi politik melemahkan suara dalam pemilu dan pilkada sehingga semakin sedikit pimpinan yang dipilih dari masyarakat asli yang paham budaya setempat.Sementara di sektor ekonomi, katanya, perangkatnya dikuasai pendatang dan di lain pihak sumberdaya manusia Papua tidak ditingkatkan sehingga posisi strategis diisi orang non Papua. Sementara di bidang sosial budaya, eksepresi budaya maysrakat setempat yang masih melekat dengan simbol-simbol seperti bintang kejora dianggap sebagai tindakan separatisme."Masyarakat Papua biasanya mengayam bentuk bintang di tas buatan tangan dan hal ini biasa, tapi dianggap sebagai lambang separatisme. Akibatnya mereka tidak bisa menjual hasil karyanya dan dari segi ekonomi semakin terpuruk," katanya.Meskipun saat ini banyak gedung baru maupun jalan yang dibangun di Papua, namun hal itu hanya menunjukkan keberhasilan otsus dalam bidang infrastruktur dan bukan pada peningkatan SDM masyarakat Papua.

0 komentar:

Posting Komentar